HARI 1
tempat #1 Balai Soedjatmoko,
Lantai Dasar Toko Buku Gramedia, Jl. Slamet Riyadi, Solo
tempat #2 Galeri ISI Kepatihan
Jl. Sangihe 12 Kepatihan Wetan, Solo
tempat #3 Wisma Seni, Taman Budaya Jawa Tengah
Jl. Ir. Sutami Kentingan, Solo
tempat #4 Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah
Jl. Ir. Sutami Kentingan, Solo
HARI 2
tempat #5 Balai Soedjatmoko,
Lantai Dasar Toko Buku Gramedia, Jl. Slamet Riyadi, Solo
tempat #6 Rumah Rempah
Desa Tegal Mulyo RT 2 RW 4 Colomadu, Karanganyar
tempat #7 Rumah Rempah
Desa Tegal Mulyo RT 2 RW 4 Colomadu, Karanganyar
Senin, 27 Januari 2014
Rabu, 15 Januari 2014
Jumat, 10 Januari 2014
Daftar Sponsor dan Donasi
Untuk transparasi, semua uang masuk ke fetival akan diposting di
blog ini.
Data pemasukan untuk sementara:
Saldo Kas Pawon >> 126.000
Sponsor
bukuKatta, Solo >> 500.000
Sonski, Solo >> 500 poster dan desain kaos
Donasi
Truly Rudiono, Jakarta
>> 1.000.000
Astuti Parengkuh , Solo >> 300.000 (rev)
Maulana, Bandung >> 200.000
Agus Budi Wahyudi, Solo >> 300.000 (rev)
Sanie B Kuncoro, Solo >> 400.000
Rahma, Jogja-Solo >> 500.000
Endy Saputro, Jogja >> 300.000
Sartika Dian, Jakarta >> 300.000
Wira, Bangka >> 100.000
Anton WP, Balangan Kalimantan >> 200.000
Rosyid Ridlo, Jogja >> 500.000
Hamba Allah >> 500.000
Abad Doa Abjad, Solo >> 300.000
Hamba Allah >> 50.000
Taman Budaya Jawa Tengah (Pak Wijang) >> 2.000.000
Dewi Candraningrum, Solo >> 100.000
Akhmad Romdhon, Solo >> 500.000
Geng Nulis Sapulidi, Jakarta >> 200.000
Diomedia, Solo >> 100.000
Pilar, Solo >> 200.000
Maesa >> 1.500.000
Ary W. >> 350.000
Pacarnya Linggar, Solo >> 100.000
Bapaknya Impian, Solo >> 150.000
Temennya Impian, Solo >> 50.000
Arief Yudhistira, Solo >> 50.000
Leila Chudori, Jakarta >> 500.000
Miftah >> 100.000
Donasi bukan berupa uang
Balai Soedjartmoko >> honor 4 pembicara dan 2 moderator acara yang ada di Balai Soedjatmoko
Taman Budaya Jawa Tengah >> penginapan di Wisma Seni, snack dan wedangan di 2 acara di Taman Budaya Jawa Tengah
Endy Saputro, Jogja >> 300.000
Sartika Dian, Jakarta >> 300.000
Wira, Bangka >> 100.000
Anton WP, Balangan Kalimantan >> 200.000
Rosyid Ridlo, Jogja >> 500.000
Hamba Allah >> 500.000
Abad Doa Abjad, Solo >> 300.000
Hamba Allah >> 50.000
Taman Budaya Jawa Tengah (Pak Wijang) >> 2.000.000
Dewi Candraningrum, Solo >> 100.000
Akhmad Romdhon, Solo >> 500.000
Geng Nulis Sapulidi, Jakarta >> 200.000
Diomedia, Solo >> 100.000
Pilar, Solo >> 200.000
Maesa >> 1.500.000
Ary W. >> 350.000
Pacarnya Linggar, Solo >> 100.000
Bapaknya Impian, Solo >> 150.000
Temennya Impian, Solo >> 50.000
Arief Yudhistira, Solo >> 50.000
Leila Chudori, Jakarta >> 500.000
Miftah >> 100.000
Donasi bukan berupa uang
Balai Soedjartmoko >> honor 4 pembicara dan 2 moderator acara yang ada di Balai Soedjatmoko
Taman Budaya Jawa Tengah >> penginapan di Wisma Seni, snack dan wedangan di 2 acara di Taman Budaya Jawa Tengah
Jumlah >> 11.676.000
Untuk menjalankan seluruh program festival (7 acara dan 3 acara
pra festival) secara benar dan layak, dibutuhkan dana kurang lebih Rp.
21.428.000 (Untuk informasi detail soal ini bisa hubungi koordinator umum
festival).
Untuk itu kami menunggu kerja sama, sponsor dan donasi dari
kawan2.
Hubungi koordinator umum 081 2264 0769 atau bendahara 081 22599
408
Rabu, 08 Januari 2014
Jumat, 03 Januari 2014
Kamis, 02 Januari 2014
Catatan #1: Solo dalam Puisi
Solo (1)
Rendra
menulis puisi, mengingatkan pembaca pada ruang publik di Solo, bernama
Sriwedari. Puisi berjudul Pasar Malam Sriwedari, Solo mendeskripisikan
suasana pasar malam Sriwedari pada tahun 1970-an, mengisahkan orang-orang mencari
hiburan, petualangan, iseng. Rendra menuliskan puisi itu sebagai bentuk
pengalaman ketika bermukim di Solo.
Rendra
menulis: Di tengah lampu aneka warna,/ balon mainan bundar-bundar/ rok-rok
pesta warna,/ dan wajah-wajah tanpa jiwa, kita jagal sendiri hati kita, /
setelah telinga jadi pekak/ dan mulut terlalu banyak tertawa/ dalam dusta yang
murah/ dan bujukan yang hampa. Sriwedari sebagai pusat hiburan-kesenian
pada masa itu memiliki kekhasan bagi publik di Solo. Pasar malam adalah keramaian acara, hiburan,
orang, suasana. Pelbagai hiburan dihadirkan dari tradisional sampai modern.
Para pedagang menjajakan dagangan, dari makanan-minuman sampai mainan bocah.
Pengamatan
Rendra terhadap pasar malam Sriwedari terasa kritis, tampak dari ungkapan “wajah-wajah
tanpa jiwa”, mengesankan terjadi krisis batin dalam diri para pengunjung.
Alasan lazim diajukan saat orang datang ke Pandangan kritis itu mengandung
persoalan besar, mengabarkan kondisi manusia-manusia di arus pertumbuhan kota.
Rabu, 01 Januari 2014
Langganan:
Postingan (Atom)